Rabu, 30 Maret 2011

Negeri Sang Pemimpi








Negeriku sebuah harmoni,
orkestra hati nurani anak negeri.
Meski alat musik beda, irama berpadu rapi
mengalun teduh dan pasti,
bukannya irama saling cerca, adu kepal
dan mau menang sendiri.

Negeriku bukan negeri abu-abu,
yang selalu ragu dan mudah tertipu,
hingga tak mengerti isyarat
mana kemerdekaan semu,
mana jaman kalabendhu.

Negeriku bukan sampah
juga bukan negerinya coro-coro serakah
 benalu bedebah,
yang tak peduli rakyat serba susah
atau hamparan sawah tikus-tikus koruptor
yang beringas, rakus dan kotor.

Negeriku punya nyali dan harga diri,
hingga tak ada negeri lain yang berani
mencabik-cabik kehormatan bangsa kami,
Negeriku, gemah ripah loh jinawi,
Negerinya sang pemimpi,
karena " Tan na dursila durjana,
padha martobat nalangas,
wedi willating nata,
adil asing paramarta,
bumi pethik akukutha,
parek lan kali Katangga,
ing sajroning bubak wana,
penjenenganin sang nata.*)" 


*) Tidak ada penjahat,
semuanya sudah bertobat,
takut dengan kewibawaan
sang pemimpin yang sangat adil dan bijaksana.

Ilustrasi apa yang terjadi pada masa Kalabendu sangat mirip dengan apa yang sedang terjadi pada bangsa Indonesia saat ini. Pertanda zaman sama sekali belum terlihat tanda-tanda bahwa kita memasuki zaman Kalasuba yaitu suatu periode setelah zaman Kalabendu berakhir (seperti yang di prediksi oleh Jayabaya).

Related Post



2 komentar:

Parlin Pakpahan mengatakan...

Wow, puisi yg benar2 pro patria. Semoga tmn2 sealmamater kita dapat mengikuti blog ini. Salam ....

Markum Corner mengatakan...

Thanks bang Parlin udah mampir....salam balik ya...GBU.