Terlalu cepat bertepuk tangan,
musik pun belum selesai...
Tapi dari balkon ini kau setengah berbisik:
" orchestra telah usai, karena terlalu biru.. dan menjemukan."
______________
Kukatakan pada lidah, barangkali aku yang salah.
Karena hatiku tak cuma buram, bahkan rasa maluku telah lama hilang.
Panggil aku kemunafikan !!!
Dingin merajuk. Menjauh kabut.
Bekulah laut.
Matilah malam, akulah sebentuk kunang2,
yang menidurkanmu separuh malam,
agar matamu tak silau memandang,
sebab kuingin kau bawa wangi rembulan dalam mimpi yang tertahan.
Bila pagi merubah arah angin laut,
kukirimkan keringat darahku dalam gelas rindu berlumut,
ke hamparan biru pelupukmu yang membunuhku sekian waktu,
hingga hatiku nyaris jadi salju.
Karena buatku kaulah genangan darah dengan hati selembut bara...
______________
Saat kujamah pucuk ombak,
dinding pantai telah tertindih senjamu,
sedang hujanku seluruh malam,
tak mampu menipu arah angin dan matahari yang sembunyi,
makanya kuhauskan segenap pagi,
agar kau tak lagi tanya, "Kemana airmata itu pergi?"
(Harry Suryo 042010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar